Penciptaan dan Kemenangan: Sebuah Perjalanan Panjang

Sabtu ini adalah hari raya Saraswati , hari dimana kita memuja dan mengucap syukur kepada Tuhan dengan manifestasinya Dewi Saraswati  karena telah memberikan anugrah berupa pencerahan untuk belajar dan dilimpahkan ilmu pengetahuan melalui berbagai sumber. Ketika melihat kalender, tersadarlah bahwa 2 minggu lagi itu tumpek landep, hari dimana kita memuja dan mengucap syukur kepada Tuhan dengan manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati karena telah memberikan anugrah berupa ketajaman pikiran untuk mencipta peralatan dan teknologi yang dapat membantu umat manusia.

Sekian lama termenung, pikiran mulai menari – nari dengan indahnya. Terbersitlah suatu pemikiran: Sebagian besar hari raya umat Hindu di Bali berdasarkan wuku. Saraswati di wuku Saraswati, Tumpek Landep di wuku Landep, lalu ada Galungan di wuku Dungulan. Saraswati dan tumpek Landep berjarak 2 minggu. Lalu dari Tumpek Landep ke Galungan berjarak 9 minggu.

Jika secara kasar kita terjemahkan dari makna – makna hari raya tersebut, ketika kita mendapatkan anugrah ilmu pengetahuan. Kita dapat mencipta suatu teknologi hanya dalam 2 minggu. Namun kenapa untuk mencapai kemenangan kebaikan melawan keburukan harus berjarak 9 minggu?.

Pikiran ini langsung terbayang, bahwa dibalik jarak itu tersembunyi makna filosofis. Kita sebagai manusia bisa dengan cepat belajar dan menciptakan sesuatu yang baru. Namun untuk mencapai kemenangan sejati, banyak hal yang perlu dilalui, dan tentu saja tidak akan mudah. Kemenangan dimana kita bisa dengan penuh dengan kesadaran dan kebijaksanaan mengelola ciptaan kita sehingga secara maksimal dapat berguna bagi umat manusia dan alam. Demi mencapai hal itu pasti akan banyak pergolakan yang harus dilalui, mulai dari dalam diri sendiri maupun dari luar.

Dari dalam diri ketika sudah bisa menciptakan sesuatu yang berharga, maka akan mulai timbul rasa bangga berlebihan dan angkuh. Yang kemudian jika tidak dapat dikendalikan akan berkembangan menjadi Rakus akan kekuasaan, uang, dan gemerlap pujaan serta Malas, malas mengembangkan diri dan malas membantu sesama.

Belum tentu dapat menyelesaikan pertarungan dengan diri sendiri, muncul juga godaan dari luar. Ibarat gula yang manis, maka akan banyak semut yang mengerumuni. Tak semua semut itu baik, bahkan memang lebih tepatnya sebagian besar semut tersebut ada untuk mengeksploitasi ataupun mengambil gula tersebut. Tawaran uang dan kekuasaan adalah tipikal godaan yang akan muncul. Uang dan kekuasaan memang adalah buah dari hasil kerja keras, namun ketika hal tersebut ditawarkan untuk hal yang tidak baik, hanya petaka yang sedang menunggu di ujung jalan.

Maka dari itu mencipta memang tidak mudah, namun perjalanan setelah mencipta adalah tantangan yang sebenarnya. Bagaimana kita tetap menjaga diri kita agar selalu mempergunakan dan mengembangkan hasil ciptaan kita dengan berlandaskan kebijaksanaan. Lalu bisa memfilter orang – orang disekitar kita, agar jangan sampai terperosok dalam kata – kata manis palsu yang hanya akan membawa petaka, tak hanya untuk diri kita, namun bisa saja bagi masyarakat dan alam.

Semoga hasil karya dan ciptaan kita selalu dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta alam dan seluruh isinya. Karena pada hakekatnya kemampuan mencipta itu adalah sebuah titipan. Sebuah titipan melalui kita untuk membantu manusia dan seisi alam menuju ke arah yang lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>